Jumat, 15 Maret 2013

psikoterapi (tugas individu 1)


1.     Jelaskan mengenai pengertian psikoterapi!
Jawab:
Menurut Van Eeden (dalam McLeod, 2010) psikoterapi adalah penyembuhan tubuh oleh pikiran, yang dibantu oleh impuls dari satu pikiran ke pikiran lain.
Dalam pengertian lainnya psukoterapi yaitu perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian
Menurut Wolberg (dalam McLeod, 2010)  psikoterapi adalah suatu dari bentuk perawatan (treatment) terhadap masalah-masalah yang dasarnya emosi, dimana seseorang yang terlatih dengan seksama membentuk hubungan professional dengan pasien dengan tujuan memindahkan pola-pola perilaku yang terhambat serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan positif dari kepribadiannya.

2.     Jelaskan dan sebutkan tujuan psikoterapi!
Jawab:
a.       Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey (dalam Gunarsa, 2007)  adalah  membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari.rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
b.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (dalam Gunarsa, 2007)  adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat  dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
c.       Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian terpusat pada pribadi. Corey (dalam Gunarsa, 2007)  menjelaskan mengenai hal ini sebagai terapi perilaku yang bertujuan secara umum untuk menghilangkan perilaku yang maladaptive dan lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif.
d.      Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik gestalt yang dirumuskan oleh Ivey (dalam Gunarsa, 2007)   adalah agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.

3.     Sebutkan dan jelaskan unsur psikoterapi!
Jawab:
Messerman (dalam Maulany, 1997) melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasr yang mencakup unsur-unsur yang lazim pada semua jenis psikoterapi yaitu:
a.       Peran sosial (“martabat”) psikoterapis.
b.      Hubungan (persekutuan terapeutik)
c.       Hak
d.      Retrospeksi
e.      Re-edukasi
f.        Rehabilitasi
g.       Resosialisasi
h.      Rekapitulasi

4.     Sebutkan dan jelaskan perbedaan psikoterapi dan konseling!
Jawab:
Menurut Mowrer (dalam Gunarsa, 2007) konseling berhubungan dengan usaha mengatasi klien yang mengalami gangguan kecemasan biasa (normal anxiety), sedangkan psikoterapi berusaha menyembuhkan klien atau pasien yang menderita neurosis-kecemasan  (neurotic anxiety).
Pendapat lain dari Tyler (dalam Gunarsa, 2007)  mengemukakan bahwa konseling berhubungan dengan proses bantuan terhadap klien dan menumbuhkan identitas, sedangkan psikoterapi berusaha melakukan perubahan pada struktur dasar perkembangannya. Tyler juga menjelaskan dengan kata lain yaitu bahwa konseling berhubungan dengan masalah-masalah perilaku yang timbul karena perannya yang ada sedangkan psikoterapi berhubungan dengan konflik yang ada di dalam diri seseorang (intrapersonal).
Dalam hal ini Wolberg (dalam Gunarsa, 2007) juga mengemukakan pendapatnya mengenai perbedaan antara konseling dan psikoterapi. Konseling bertujuan untuk memberikan support dan mendidik kembali (supportive dan reeducation), sedangkan pada psikoterapi berhubungan dengan tujuan merekonstruksi kepribadian seseorang (reconstructive).


5.     Sebut dan jelaskan bentuk utama terapi!
Jawab:
a.       Gestalt Therapy
Nama yang paling kuat terkait dengan terapi Gestalt adalah Frederick ("Fritz") Perls (1893-1970). Perls adalah seorang dokter Jerman yang awalnya dilatih dalam psikoanalisis, tetapi ia menjadi semakin tertarik pada ide-ide fenomenologis dan eksistensial dan akhirnya mengembangkan terapi Gestalt sebagai campuran psikoanalisis, eksistensial, dan pengaruh lainnya (Greenberg & Rice, 1997).

Psikolog Gestalt keberatan untuk mempelajari unsur-unsur tertentu dalam persepsi dan pembelajaran, dengan alasan bahwa kita tidak mengalami dunia dalam fragmen yang terisolasi tetapi dalam konfigurasi bermakna (Hergenhahn, 1992). Studi psikolog Gestalt 'persepsi dan pemecahan masalah menunjukkan bahwa kita cenderung untuk melihat pola, bukan rangsangan terisolasi, dan bahwa orang-orang dan hewan dapat memecahkan masalah dalam kilatan wawasan di mana kita tiba-tiba "melihat" solusi bukan oleh Leaming esensial-and-error yang membosankan.

Para psikolog Gestalt Kurt Koffka, Wolfgang Kohler, dan Max Wertheimer mengembangkan sistem mereka sebagai teori medan di mana struktur yang diciptakan oleh kimia otak memaksakan agar pada apa yang kita rasakan, sementara pada saat yang sama pola apa yang dirasakan secara bertahap dapat membentuk tata letak otak manusia (Hergenhahn, 1992).
b.      Client-Centered Therapy
Pengenalan Carl Rogers “Clien-Centered Therapy” pada tahun 1940 adalah peristiwa penting dalam meluncurkan terapi humanistik sebagai kekuatan yang signifikan dalam psikoterapi Amerika. Asumsi utama Rogers adalah bahwa klien mengarahkan pertumbuhan pribadi mereka sendiri, dibantu oleh sumber daya batin mereka sendiri. Proses terapis ini membantu  bersama dengan menyiapkan iklim yang paling fasilitatif, hubungan interpersonal yang hangat yang ditandai dengan keaslian terapis, hal positif tanpa syarat, dan empati (Raskin & Rogers).

Dipengaruhi oleh Maslow, Rogers percaya bahwa drive bawaan individu untuk aktualisasi diri semua bahwa salah satu kebutuhan untuk memecahkan masalah pribadi dan emosional dan menjalani kehidupan yang memuaskan. Tugas terapis adalah untuk membebaskan proses ini ketika telah menjadi diblokir, biasanya ketika individu telah kehilangan kontak dengan nya atau rasa sendiri tentang apa yang terasa benar dan bergantian, sebagai gantinya, untuk menerima penghakiman dan mencari persetujuan dari orang lain.
Konsisten dengan teori ini, Rogers memberikan konselor dan psikoterapis rekomendasi: Jangan memecahkan masalah, tapi membantu klien tumbuh. Mengandalkan pada drive individu terhadap penyesuaian dan perkembangan yang sehat. Tekankan emosional, bukan intelektual, unsur-unsur dalam proses konseling. Fokus pada situasi mendesak, bukan masa lalu. Tekankan hubungan terapeutik itu sendiri sebagai pengalaman pertumbuhan (Kain, 2002; Rogers, 1940, 1942).

Memperkuat asumsi teoritis dalam artikel selanjutnya, "The Necessary and Sufficient Conditions of Theurapeutic Personality Change" (Rogers, 1957), ia membuat poin-poin berikut. Dua orang, klien dan terapis, berada dalam kontak psikologis. Klien adalah keadaan ketidaksesuaian (rentan atau cemas). Terapis adalah sama dan sebangun atau terintegrasi-otentik, konsisten-dalam hubungan. Terapis mengalami hal positif tanpa syarat untuk klien, dan pengalaman pemahaman empatik dari frame internal klien acuan. Terapis menyampaikan pemahaman empatik nya dan hal positif tanpa syarat kepada klien, dan komunikasi dari pengalaman ini efektif (Cain, 2002).
c.       FAMILY THERAPY
Terapi keluarga dapat ditempatkan dalam konteks yang lebih luas dari teoritis ilmu psikologi mengenai intervensi keluarga (Liddle, Bray, Levant, & Santisteban, 2002), intervensi keluarga psikologi dapat melibatkan, menilai, dan memperhatikan beberapa sistem dan tingkat pengaruh sosial, termasuk rekan, sekolah , pekerjaan, komunitas, dan lingkungan domain. Susunan yang luas dari intervensi yang mungkin menarik kuat, tapi tidak seluruhnya, dari terapi keluarga dan studi tentang sistem keluarga (Liddle et a1, 2002.).
d.      TERAPI KELOMPOK
Bagi klinik atau rumah sakit dengan banyak klien, psikoanalisis tradisional tidak dapat dijalankan sebagai bentuk standar dari pelayanan. Satu solusi pada masalah logistic ini adalah dengan memberikan terapi bagi sejumlah besar orang untuk mengobati beberapa dari mereka sekaligus. Terapi kelompok telah dijelaskan sebagai produk dari teknik marketing modern, sebuah metode yang membuat psikoterapi tersedia untuk konsumen kecil dengan harga yang dia mampu (Ehrenwald, 1976).

Terapi kelompok diamati bahwa tekniknya tidak hanya hemat namun jug efektif dibandingkan terapi tradisional. Beberapa keuntungan dari terapi kelompok telah dikutip sebagai berasal dari rasa memiliki dan diterima oleh kelompok sebaya.

ü   Psikoterapi Analitik Kelompok (Group Analytic Psychotherapy)
Teknik dari Psikoterapi analitik kelompok terdiri dari adanya pertemuan regular dari kelompok tertentu dibawah panduan dari psikoterapis yang sama. Pada tahap awal, pasien berbicara satu sama lain mengenai simptom-simptom spesifik mereka, lalu mereka melanjutkan pada diskusi mengenai kesulitan personal dan konflik emosional. Dalam prosesnya, anggota kelompok mengembangkan dan mengekspresikan perasaan emosional mengenai partisipan lainnya, dan mereka belajar untuk mengerti dan menerima perasaan yang diekspresikan oleh orang lain. teknik utamanya adalah interpretasi, di mana pasien membantu orang lain berhubungan dengan simptom-simptom mereka dengan emosi yang mereka alami dan ekspresikan (Walker, 1957).

ü   Terapi Behavior dalam Kelompok
Beberapa dari target treatment yang berhubungan dengan terapi behavior telah menggunakan terapi kelompok untuk alasan kenyamanan dan alasan teoritik., khususnya pada konsep teori belajar sosial seperti modeling dan observational learning. Terapis behavior telah terbagi dalam bagaimana melihat terapi kelompok behavior. Beberapa melihatnya sebagai terapi behavior dalam kelompok, soal memberikan intervensi yang sama untuk beberapa peserta untuk kenyamanan kemudian yang lain melihatnya sebagai terapi behavior beroperasi melalui proses kelompok. Menggabungkan pandangan ini memerlukan melihat kelompok sebagai "baik konteks dan wadah/pembawa bagi perubahan perilaku individu" (Rose, 1977, p. x). penelitian behavior ditujukan untuk tidak menggambarkan perbedaan yang tajam antara terapi individu dan intevensi melalui kelompok, terutama karena terapi kelompok behavior sering melibatkan kelompok klien yang homogen.

ü  Terapi Kelompok Humanistik
Terapi kelompok humanistik, termasuk eksistensial, Gestalt, dan client-centered group therapies, terarah pada membantu klien membuat perubahan perilaku dan sikap yang positif. Penekanannya pada kehendak yang bebas, kemampuan partisipan untuk menumbuhkan dan menghasilkan pilihan, dan self-awareness.
Self-actualization dilihat sebagai proses esensial:
Untuk beroperasi secara efektif dalam kelompok, terapis harus percaya pada kemampuan anggota kelompok untuk menolong anggota lainnya berkembang dalam arah yang positif. Kecuali kasusnya seperti ini, terapis yang mungkin mencoba untuk melakukan kontrol lebih besar atas proses kelompok daripada membantu. (Page et al., 2002, p. 340)
Biasanya, anggota kelompok menentukan arah kelompok untuk mereka sendiri. Format ini dikenal sebagai unstructured group therapy.

ü   Ciri-Ciri Umum Terapi Kelompok
Beberapa karakteristik dari terapi kelompok nampak berjalan melewati batas teoritik. Elemen-elemen umum ini termasuk memiliki sejumlah partisipan; adanya pemimpin atau terapis, yang mentatacarakan berdasar pemikiran teoritis untuk terapi kelompok; dan memiliki tujuan untuk menghasilkan pengalaman terapeutik, dengan harapan perubahan emosional, kognitif, dan behavioral yang bermanfaat (Shaffer & Galinsky, 1974).
Ballinger dan Yalom (1995) mengidentifikasi sepuluh faktor terapeutik yang dijalankan pada terapi kelompok pada umumnya, sebagai berikut:
•    Menanamkan harapan
•    Keuniversalan (memperlihatkan bahwa individu tidak sendiri dan permasalahannya adalah universal)
•    Menyampaikan informasi
•    Alturistik (anggota kelompok membantu anggota lainnya)
•    rekapitulasi perbaikan masalah dari keluarga asli
•    mengembangkan kemampuan sosial
•    mengimitasi seseorang
•    pengolahan emosi dan refleksi kognitif
•    pembelajaran interpersonal
•    kepaduan/kekompakan kelompok.

6.     Jelaskan mengenai pendekatan psikoterapi terhadap mental illness
Jawab:
Dalam ilmu psikologi, ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk terapi. Semua metode itu merupakan hasil pemikiran dan penelitian para pakar psikologi dari berbagai penjuru dunia. Dari sekian banyak metode psikoterapi yang ada, bisa dikategorikan dalam lima pendekatan, yaitu:


1. Psychoanalysis & Psychodynamic
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.

Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).
Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.

2. Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.

Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".

Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.

Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.


3. Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.


Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Cognitive adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT)  dan sebagainya.

4. Humanistic Therapy
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.

Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.

5. Integrative / Holistic Therapy
Yang sering saya temui adalah seorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, saya menggunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus untuk membantu klien saya. Hal ini disebut Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan. 
Itulah beberapa metode psikoterapi yang sering saya gunakan dalam membantu klien-klien saya untuk berubah. Selain metode yang saya sebutkan di atas, kadang juga saya menggunakan metode-metode psikoterapi lain yang terbukti efektivitasnya. Karena begitu banyaknya metode psikoterapi, maka tidak mungkin menjelaskan satu per satu di halaman ini. Cukuplah untuk Anda ketahui bahwa metode psikoterapi yang saya gunakan adalah metode yang tebukti dan diakui manfaatnya dalam dunia psikologi modern.


Daftar Pustaka:

Maulany, R.F. (1997).Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran.

McLeod, John. (2010). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Prenada Media Group.

Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Psikoterapi (Tugas Individu 1)


1.     Jelaskan mengenai pengertian psikoterapi!
Jawab:
Menurut Van Eeden (dalam McLeod, 2010) psikoterapi adalah penyembuhan tubuh oleh pikiran, yang dibantu oleh impuls dari satu pikiran ke pikiran lain.
Dalam pengertian lainnya psukoterapi yaitu perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian
Menurut Wolberg (dalam McLeod, 2010)  psikoterapi adalah suatu dari bentuk perawatan (treatment) terhadap masalah-masalah yang dasarnya emosi, dimana seseorang yang terlatih dengan seksama membentuk hubungan professional dengan pasien dengan tujuan memindahkan pola-pola perilaku yang terhambat serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan positif dari kepribadiannya.

2.     Jelaskan dan sebutkan tujuan psikoterapi!
Jawab:
a.       Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey (dalam Gunarsa, 2007)  adalah  membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari.rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
b.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (dalam Gunarsa, 2007)  adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat  dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
c.       Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian terpusat pada pribadi. Corey (dalam Gunarsa, 2007)  menjelaskan mengenai hal ini sebagai terapi perilaku yang bertujuan secara umum untuk menghilangkan perilaku yang maladaptive dan lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif.
d.      Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik gestalt yang dirumuskan oleh Ivey (dalam Gunarsa, 2007)   adalah agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.

3.     Sebutkan dan jelaskan unsur psikoterapi!
Jawab:
Messerman (dalam Maulany, 1997) melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasr yang mencakup unsur-unsur yang lazim pada semua jenis psikoterapi yaitu:
a.       Peran sosial (“martabat”) psikoterapis.
b.      Hubungan (persekutuan terapeutik)
c.       Hak
d.      Retrospeksi
e.      Re-edukasi
f.        Rehabilitasi
g.       Resosialisasi
h.      Rekapitulasi

4.     Sebutkan dan jelaskan perbedaan psikoterapi dan konseling!
Jawab:
Menurut Mowrer (dalam Gunarsa, 2007) konseling berhubungan dengan usaha mengatasi klien yang mengalami gangguan kecemasan biasa (normal anxiety), sedangkan psikoterapi berusaha menyembuhkan klien atau pasien yang menderita neurosis-kecemasan  (neurotic anxiety).
Pendapat lain dari Tyler (dalam Gunarsa, 2007)  mengemukakan bahwa konseling berhubungan dengan proses bantuan terhadap klien dan menumbuhkan identitas, sedangkan psikoterapi berusaha melakukan perubahan pada struktur dasar perkembangannya. Tyler juga menjelaskan dengan kata lain yaitu bahwa konseling berhubungan dengan masalah-masalah perilaku yang timbul karena perannya yang ada sedangkan psikoterapi berhubungan dengan konflik yang ada di dalam diri seseorang (intrapersonal).
Dalam hal ini Wolberg (dalam Gunarsa, 2007) juga mengemukakan pendapatnya mengenai perbedaan antara konseling dan psikoterapi. Konseling bertujuan untuk memberikan support dan mendidik kembali (supportive dan reeducation), sedangkan pada psikoterapi berhubungan dengan tujuan merekonstruksi kepribadian seseorang (reconstructive).


5.     Sebut dan jelaskan bentuk utama terapi!
Jawab:
a.       Gestalt Therapy
Nama yang paling kuat terkait dengan terapi Gestalt adalah Frederick ("Fritz") Perls (1893-1970). Perls adalah seorang dokter Jerman yang awalnya dilatih dalam psikoanalisis, tetapi ia menjadi semakin tertarik pada ide-ide fenomenologis dan eksistensial dan akhirnya mengembangkan terapi Gestalt sebagai campuran psikoanalisis, eksistensial, dan pengaruh lainnya (Greenberg & Rice, 1997).

Psikolog Gestalt keberatan untuk mempelajari unsur-unsur tertentu dalam persepsi dan pembelajaran, dengan alasan bahwa kita tidak mengalami dunia dalam fragmen yang terisolasi tetapi dalam konfigurasi bermakna (Hergenhahn, 1992). Studi psikolog Gestalt 'persepsi dan pemecahan masalah menunjukkan bahwa kita cenderung untuk melihat pola, bukan rangsangan terisolasi, dan bahwa orang-orang dan hewan dapat memecahkan masalah dalam kilatan wawasan di mana kita tiba-tiba "melihat" solusi bukan oleh Leaming esensial-and-error yang membosankan.

Para psikolog Gestalt Kurt Koffka, Wolfgang Kohler, dan Max Wertheimer mengembangkan sistem mereka sebagai teori medan di mana struktur yang diciptakan oleh kimia otak memaksakan agar pada apa yang kita rasakan, sementara pada saat yang sama pola apa yang dirasakan secara bertahap dapat membentuk tata letak otak manusia (Hergenhahn, 1992).
b.      Client-Centered Therapy
Pengenalan Carl Rogers “Clien-Centered Therapy” pada tahun 1940 adalah peristiwa penting dalam meluncurkan terapi humanistik sebagai kekuatan yang signifikan dalam psikoterapi Amerika. Asumsi utama Rogers adalah bahwa klien mengarahkan pertumbuhan pribadi mereka sendiri, dibantu oleh sumber daya batin mereka sendiri. Proses terapis ini membantu  bersama dengan menyiapkan iklim yang paling fasilitatif, hubungan interpersonal yang hangat yang ditandai dengan keaslian terapis, hal positif tanpa syarat, dan empati (Raskin & Rogers).

Dipengaruhi oleh Maslow, Rogers percaya bahwa drive bawaan individu untuk aktualisasi diri semua bahwa salah satu kebutuhan untuk memecahkan masalah pribadi dan emosional dan menjalani kehidupan yang memuaskan. Tugas terapis adalah untuk membebaskan proses ini ketika telah menjadi diblokir, biasanya ketika individu telah kehilangan kontak dengan nya atau rasa sendiri tentang apa yang terasa benar dan bergantian, sebagai gantinya, untuk menerima penghakiman dan mencari persetujuan dari orang lain.
Konsisten dengan teori ini, Rogers memberikan konselor dan psikoterapis rekomendasi: Jangan memecahkan masalah, tapi membantu klien tumbuh. Mengandalkan pada drive individu terhadap penyesuaian dan perkembangan yang sehat. Tekankan emosional, bukan intelektual, unsur-unsur dalam proses konseling. Fokus pada situasi mendesak, bukan masa lalu. Tekankan hubungan terapeutik itu sendiri sebagai pengalaman pertumbuhan (Kain, 2002; Rogers, 1940, 1942).

Memperkuat asumsi teoritis dalam artikel selanjutnya, "The Necessary and Sufficient Conditions of Theurapeutic Personality Change" (Rogers, 1957), ia membuat poin-poin berikut. Dua orang, klien dan terapis, berada dalam kontak psikologis. Klien adalah keadaan ketidaksesuaian (rentan atau cemas). Terapis adalah sama dan sebangun atau terintegrasi-otentik, konsisten-dalam hubungan. Terapis mengalami hal positif tanpa syarat untuk klien, dan pengalaman pemahaman empatik dari frame internal klien acuan. Terapis menyampaikan pemahaman empatik nya dan hal positif tanpa syarat kepada klien, dan komunikasi dari pengalaman ini efektif (Cain, 2002).
c.       FAMILY THERAPY
Terapi keluarga dapat ditempatkan dalam konteks yang lebih luas dari teoritis ilmu psikologi mengenai intervensi keluarga (Liddle, Bray, Levant, & Santisteban, 2002), intervensi keluarga psikologi dapat melibatkan, menilai, dan memperhatikan beberapa sistem dan tingkat pengaruh sosial, termasuk rekan, sekolah , pekerjaan, komunitas, dan lingkungan domain. Susunan yang luas dari intervensi yang mungkin menarik kuat, tapi tidak seluruhnya, dari terapi keluarga dan studi tentang sistem keluarga (Liddle et a1, 2002.).
d.      TERAPI KELOMPOK
Bagi klinik atau rumah sakit dengan banyak klien, psikoanalisis tradisional tidak dapat dijalankan sebagai bentuk standar dari pelayanan. Satu solusi pada masalah logistic ini adalah dengan memberikan terapi bagi sejumlah besar orang untuk mengobati beberapa dari mereka sekaligus. Terapi kelompok telah dijelaskan sebagai produk dari teknik marketing modern, sebuah metode yang membuat psikoterapi tersedia untuk konsumen kecil dengan harga yang dia mampu (Ehrenwald, 1976).

Terapi kelompok diamati bahwa tekniknya tidak hanya hemat namun jug efektif dibandingkan terapi tradisional. Beberapa keuntungan dari terapi kelompok telah dikutip sebagai berasal dari rasa memiliki dan diterima oleh kelompok sebaya.

ü   Psikoterapi Analitik Kelompok (Group Analytic Psychotherapy)
Teknik dari Psikoterapi analitik kelompok terdiri dari adanya pertemuan regular dari kelompok tertentu dibawah panduan dari psikoterapis yang sama. Pada tahap awal, pasien berbicara satu sama lain mengenai simptom-simptom spesifik mereka, lalu mereka melanjutkan pada diskusi mengenai kesulitan personal dan konflik emosional. Dalam prosesnya, anggota kelompok mengembangkan dan mengekspresikan perasaan emosional mengenai partisipan lainnya, dan mereka belajar untuk mengerti dan menerima perasaan yang diekspresikan oleh orang lain. teknik utamanya adalah interpretasi, di mana pasien membantu orang lain berhubungan dengan simptom-simptom mereka dengan emosi yang mereka alami dan ekspresikan (Walker, 1957).

ü   Terapi Behavior dalam Kelompok
Beberapa dari target treatment yang berhubungan dengan terapi behavior telah menggunakan terapi kelompok untuk alasan kenyamanan dan alasan teoritik., khususnya pada konsep teori belajar sosial seperti modeling dan observational learning. Terapis behavior telah terbagi dalam bagaimana melihat terapi kelompok behavior. Beberapa melihatnya sebagai terapi behavior dalam kelompok, soal memberikan intervensi yang sama untuk beberapa peserta untuk kenyamanan kemudian yang lain melihatnya sebagai terapi behavior beroperasi melalui proses kelompok. Menggabungkan pandangan ini memerlukan melihat kelompok sebagai "baik konteks dan wadah/pembawa bagi perubahan perilaku individu" (Rose, 1977, p. x). penelitian behavior ditujukan untuk tidak menggambarkan perbedaan yang tajam antara terapi individu dan intevensi melalui kelompok, terutama karena terapi kelompok behavior sering melibatkan kelompok klien yang homogen.

ü  Terapi Kelompok Humanistik
Terapi kelompok humanistik, termasuk eksistensial, Gestalt, dan client-centered group therapies, terarah pada membantu klien membuat perubahan perilaku dan sikap yang positif. Penekanannya pada kehendak yang bebas, kemampuan partisipan untuk menumbuhkan dan menghasilkan pilihan, dan self-awareness.
Self-actualization dilihat sebagai proses esensial:
Untuk beroperasi secara efektif dalam kelompok, terapis harus percaya pada kemampuan anggota kelompok untuk menolong anggota lainnya berkembang dalam arah yang positif. Kecuali kasusnya seperti ini, terapis yang mungkin mencoba untuk melakukan kontrol lebih besar atas proses kelompok daripada membantu. (Page et al., 2002, p. 340)
Biasanya, anggota kelompok menentukan arah kelompok untuk mereka sendiri. Format ini dikenal sebagai unstructured group therapy.

ü   Ciri-Ciri Umum Terapi Kelompok
Beberapa karakteristik dari terapi kelompok nampak berjalan melewati batas teoritik. Elemen-elemen umum ini termasuk memiliki sejumlah partisipan; adanya pemimpin atau terapis, yang mentatacarakan berdasar pemikiran teoritis untuk terapi kelompok; dan memiliki tujuan untuk menghasilkan pengalaman terapeutik, dengan harapan perubahan emosional, kognitif, dan behavioral yang bermanfaat (Shaffer & Galinsky, 1974).
Ballinger dan Yalom (1995) mengidentifikasi sepuluh faktor terapeutik yang dijalankan pada terapi kelompok pada umumnya, sebagai berikut:
•    Menanamkan harapan
•    Keuniversalan (memperlihatkan bahwa individu tidak sendiri dan permasalahannya adalah universal)
•    Menyampaikan informasi
•    Alturistik (anggota kelompok membantu anggota lainnya)
•    rekapitulasi perbaikan masalah dari keluarga asli
•    mengembangkan kemampuan sosial
•    mengimitasi seseorang
•    pengolahan emosi dan refleksi kognitif
•    pembelajaran interpersonal
•    kepaduan/kekompakan kelompok.

6.     Jelaskan mengenai pendekatan psikoterapi terhadap mental illness
Jawab:
Dalam ilmu psikologi, ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk terapi. Semua metode itu merupakan hasil pemikiran dan penelitian para pakar psikologi dari berbagai penjuru dunia. Dari sekian banyak metode psikoterapi yang ada, bisa dikategorikan dalam lima pendekatan, yaitu:


1. Psychoanalysis & Psychodynamic
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.

Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).
Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.

2. Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.

Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".

Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.

Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.


3. Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.


Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Cognitive adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT)  dan sebagainya.

4. Humanistic Therapy
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.

Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.

5. Integrative / Holistic Therapy
Yang sering saya temui adalah seorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, saya menggunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus untuk membantu klien saya. Hal ini disebut Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan. 
Itulah beberapa metode psikoterapi yang sering saya gunakan dalam membantu klien-klien saya untuk berubah. Selain metode yang saya sebutkan di atas, kadang juga saya menggunakan metode-metode psikoterapi lain yang terbukti efektivitasnya. Karena begitu banyaknya metode psikoterapi, maka tidak mungkin menjelaskan satu per satu di halaman ini. Cukuplah untuk Anda ketahui bahwa metode psikoterapi yang saya gunakan adalah metode yang tebukti dan diakui manfaatnya dalam dunia psikologi modern.


Daftar Pustaka:

Maulany, R.F. (1997).Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran.

McLeod, John. (2010). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Prenada Media Group.

Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia